2016. Happy new year, selamat tahun baru! Mungkin itu ucapan
yang sering kita dengar saat pergantian tahun. Tapi entah mengapa bagi saya
momen pergantian tahun kali ini terasa tak semeriah tahun tahun sebelumnya.
Bagaimana tidak ketika orang orang sudah siap ber-malem-tahun baru-an, tanggal
31 malam saya masih berpusing pusing ria di kampus mengerjakan uas dengan soal
yang lumayan menguras segenap jiwa raga sekaligus bikin lupa kalau malam itu
malam taun baru. Saya baru sadar setelah pulang kampus, kok jalanan rame ya dan
seketika teman disamping saya berteriak, yailaaah ini kan malem taun baru si.
Pliss segitu pikunnya kah gue, pikir saya kemudian.
Bukan saja karena ujian, tapi juga memingat tahun ini saya
sudah "tua" (orang orang sih bilang umur 21 itu tua) jadi pola pikir
saya pun mungkin sedikit bergeser. Dulu yang berpikir tahun baru itu bakar
bakar, kumpul kumpul, terompet, kembang api dan segala pernak pernik menjurus
ceremony atau perayaan semata. Tapi tahun ini saya lebih memikirkan apa yang
telah terjadi di tahun 2015 dan apa yang akan dilakukan di tahun 2016 nanti,
kalau bahasa gaulnya sih resolusi, bukan risolesi ya.Bukan.
Ini beneran udah taun 2016? kok gue masih gini gini aja ya,
tanya saya pada diri sendiri. Masih males malesan, masih ntar ntar an, masih
mood mood an, masih di comfort zone, masih di friendzone #eh (jomblo maksudnya,
semua cuma temen). Ya gitu pokoknya. Trus mau jadi apa tahun 2016 nanti?
Pertanyaan pertanyaan itu terus berputar putar di kepala
saya cukup lama sampai beberapa hari tanpa tahu jawaban yang pasti. Mau cari di
kamus gak ada kosa katanya, mau nyari di google gak tau kata kuncinya, mau
nyari di kolong kasur, yah kasur saya nggak ada kolongnya. Jadilah saya
menyerah dan membiarkan pertanyaan pertanyaan itu berkoalisi dan mempropaganda
otak saya.
Sampai di suatu sore saat saya iseng membuka-buka galeri
foto di hp saya dan kemudian menemukan foto saya dipostingan ini. Foto hitam
putih dengan satu mata tertutup kamera (kamera minjem). Disitu saya tampak
melihat dengan sebelah mata, bukan lambang iluminati atau mata satu atau apa
itu istilahnya, yang jelas saya tidak tahu dan tidak mengerti tentang lambang
lambang itu. Saya berpikir sejenak, "memandang sebelah mata"
sepertinya saya tidak asing dengan kata kata itu. Yang dalam bahasa Indonesia
termasuk dalam kata kiasan dan memiliki arti sebenarnya "meremehkan".
Dari foto ini nampaknya saya sudah menemukan jawaban kenapa tahun 2015 saya
gitu gitu aja. Ya! saya sudah membuang banyak waktu untuk meremehkan atau memandang
sebelah mata pada banyak hal, apapun itu. Meremehkan tugas, meremehkan
pekerjaan, meremehkan kesehatan, meremehkan orang lain dan bahkan meremehkan
kemampuam diri sendiri. Tanpa disadari saya sering menganggap sesuatu itu
gampang, ah kecil, ntar juga bisa, lihat nanti aja, tapi justru yg saya anggap
kecil itu malah tidak selesai, malah menumpuk, malah tidak jadi, malah ribet,
malah menghambat dan membuat saya "masih gini gini aja".
Trus 2016 mau ngapain? memandang dengan dua mata atau dari
banyak sudut pandang mungkin, atau bisa juga memandang tanpa kacamata. Atau
malah dengan cara semua itu. Entahlah, untuk yang ini saya belum menemukan
jawaban lagi, mengingat sifat jelek saya yang kadang menjadi orang yang tidak
konsisten dan hanya excited diawal. Saya takut berkoar koar "harus tepat
waktu, harus disiplin atau harus harus lainnya" tapi malah tidak ada
satupun yang dipraktekan. Mungkin saya harus memantapkan hati dulu untuk
menentukan sikap. Tapi yang jelas saya tetap harus memandang kedepan.
untuk mencapai ke masa depan yg lebih baik, menurut gw bukan hanya memandang saja tetapi d barengi dengan melangkah,karena terkadang seseorang hanya memandang saja tetapi tdk d barengi dengan melangkah sama saja berdiam diri. jd memandang,melangkah niat dalam hati adalah kuncinya :)
BalasHapusSeperti yg gue jelaskan di akhir paragraf, gue masih bingung menetukan sikap karena ketikdak-konsistenan gue, makanya satu satuny hal yg gue temukan adalah baru sebatas memandang. Ya dan saran kamu diatas mungkin itu jawabannya, terima kasih :)
Hapus