"Aku seperti bunga matahari yang selalu mengejar sinar matahari, hanya melihat pada dia : matahariku. Aku mengagumi kedalaman pikirannya, caranya memandang hidup-- malah, aku mati matian ingin seperti dirinya.Aku begitu terpesona hingga tanpa sadar hanya mengerjar bayang - bayang. Aku menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendongak sampai lupa kemampuan diriku sendiri.Aku bahkan mengabaikan suara lirih dari dasar hatiku.Aku buta dan tuli. Dan suatu titik akhirnya aku tersungkur. Saat itulah aku mulai bertanya - tanya : Apakah dengan menjadi seperti dia aku pun akan dicinta?"
Bukan, ini bukan novel tentang mengejar seseorang atau tergila-gila pada
seseorang. Tapi ini novel tentang bagaimana proses anak anak muda memukan
impian dan passion mereka.
Diceritakan Devon, Sophie, Julian dan agnes empat anak muda
yang mempunyai karakter dan bakat yang berbeda sudah bersahabat sejak SMP.
Meskipun mereka berbeda sekolah saat SMA (kecuali Devon dan Sophie yang satu
sekolah) namun mereka masih pulang bersama dan saling berbagi tentang apa yang
dialami, mereka tetap bersahabat seperti sebelumnya.
Devon adalah atlet sepak bola di sekolah yang jadi idola
banyak cewek. Dia ini tipe orang yang ceria ramah tapi kadang suka nyleneh. Ayahnya
yang juga mantan atlet sepak bola sangat terobsesi menjadikan dia juara sepak
bola dan melatihnya mati matian. Dia sudah bersahabat sejak kecil dengan
Sophie, mereka selalu satu sekolah sejak SD, bahkan rumah mereka bersebelahan.
Sophie adalah gadis baik dan perhatian namun sering
menjukkan muka judes. Dia suka menulis baik cerpen maupun novel dan bercita -
cita menjadi penulis hebat seperti Ibunya. Novelnya pernah terbit sekali dan ia
ingin novel novelnya yang lain diterbitkan juga.
Julian adalah cowok kalem dengan muka datar macam poker face
tapi mempunyai otak genius baik dalam pelajaran akademis maupun di bidang
olahraga seperti sepak bola dan basket, dia serba bisa. Dia berambisi ingin
sehebat kakaknya Daniel yang sekarang belajar di Massachusets Universiry.
Julian ingin mengejar bahkan ingin melebihi kehebatan kakaknya.
Agnes adalah cewek pemalu dan lembut yang jago masak. Apapun
yang ia masak pasti enak. Dia memang kurang dalam hal akademis tapi dia
tertolong oleh bakatnya memasak itu. Namun orang tuanya tak melihat hal yang
sama, mereka secara tak langsung sering membandingkan agnes dengan Jessica,
kakaknya yang sudah meninggal sekaligus pernah kuliah di jurusan kedokteran.
Begitulah kira kira impian awal mereka. Mereka ingin
mengejar apa yang mereka anggap itu sebuah impian. Sampai mereka lupa dengan
kemampuan mereka. Apa memang itu impian mereka atau hanya melihat orang
terdekat yang telah sukses sebelum mereka.Mereka merasa hanya mengejar bayang
bayang, seperti Devon yang dibayang bayangi nama besar ayahnya, seperti Sophie
yang di bayang bayangi nama besar Ibunya, seperti Julian yang dibayangi
kehebatan kakaknya Daniel dan seperti Agnes yang juga dibayangi kehebatan Jessica. Sampai mereka
lupa akan bakat alami dan passion mereka sendiri.
Dan disinilah peran sahabat dibutuhkan, saat mereka tak tau
arah menemukan cahaya atau impian, sahabatlah yang menyadarkan tentang
kelebihan dan kekurangan mereka. Para sahabat itu yang menunjukkan arah dan
menuntun mereka pada cahaya. Seperti cahaya pagi yang menuntun pada terang setelah
mata mereka tertutup bayang bayang. Bukan hanya tentang impian dan persahabatan
tapi seperti novel teenlit lain, novel ini juga dibumbui dengan kisah cinta
remaja.
Tapi seperti novel novel Mbak Windhy yang lain, cinta hanya
menjadi bumbu cerita dengan fokus utama adalah tentang hidup, persahabatan dan Impian.
Banyak quote quote dan kata kata penuh makna yang diselipkan dalam novel ini.
Bahasanya juga termasuk sopan karena menggunakan aku-kamu, tapi entah mengapa
untuk saya pribadi lebih suka dengan kata lo - gue untuk ukuran sahabat agar
terlihat dekat. Untuk karakter, ini hanya perasaan saya aja atau entah apa,
menurut saya 4 karakter utamanya mirip dengan karakter di novel Mbak Windhy
sebelumnya "Let Go". Devon mirip Caraka Pamungkas, Sophie mirip
Nadya, Julian mirip Nathan dan Agnes mirip Sarah. Mungkin karena sebelum membaca
Morning Light saya baru saja membaca Let Go, jadi karakternya masih terbawa,
entahlah. But overall this is a great novel! Anak anak muda butuh membaca novel
ini untuk membantu menemukan passion dan impian mereka.
Favorite Quote
"Bukan hal yang salah memiliki mimpi. Bukan hal yang salah mempunyai tujuan. Tujuan seperti sinar. Kesanalah kita berlaridan untuk itulah kita hidupTapi terkadang sinarnya terlalu menyilaukanMembuat kita sulit melihat sehingga tiba suatu saat kita harus sejenak berhenti untuk menyadari sinar yang ada pada kita sendiri."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar