Adalah istilah anak muda kekinian yang berarti Kebawa
Perasaan. Ditujukan pada seseorang yang terlalu sensitive dan dianggap
berlebihan dalam menyikapi suatu hal atau tindakan seseorang.
Pada pemahaman anak anak muda, singkatnya BAPER biasanya
dibedakan menjadi dua, yaitu baper dalam artian GR dan baper dalam artian
ngambek.Baper dalam artian GR misalnya :
A :
Eh kok lu gak deket sm dia lagi?
B :
Gak tau, dia tiba tiba pergi gitu aja, padahal dulu perhatian banget
A :
Dianya biasa, elu kali yang Baper
Yah kira kira seperti itulah curhatan yang sering kita
dengar dari teman teman kita, bagaimanapun itu bentuknya saat kita merasa GR
atau terlalu senang pada orang atau sesuatu, orang orang akan menyebutnya
Baper. Terlepas dari orang lain yang terlalu memberi harapan dan perhatian atau
memang kita yang terlalu terbawa perasaan, entahlah saya sendiripun tak begitu
paham. Rasaya terlalu complicated membahas masalah ini.
Dan Baper yang kedua yaitu Baper yang merujuk pada “Ngambek”.
Baper jenis ini sepertinya lebih sering kita alami saat bergaul dengan orang lain
di sekeliling kita. Misalnya:
A :
Eh ini namanya apasih?
B :
Pasta Fettucini, norak banget sih gitu aja gak tau, orang kampung ya.
*hening
sesaat*
B :
Yaelah marah, gitu aja Baper
Did you ever on that situation? Saya rasa kita semua pernah
mengalami hal diatas. Mungkin maksud kita bercanda tapi orang lain
menganggapnya serius, atau memang bercandaan kita berlebihan sehingga
menyinggung perasaan orang lain.
Namun seringnya saya mendengar kata “Baper” akhir akhir ini
saya merasa kata itu justru membuat kita menjadi egois dan cenderung
menyalahkan orang lain. Jika maksudnya bercanda sewajarnya mungkin bisa dimaklumi, tapi yang berbahaya
adalah saat kita bercanda berlebih dan kita sudah mendeteksi adanya baper pada
teman tapi malah berkata “ah dianya aja yang baper, kan gue cuma bercanda”, padahal
kita sadar bahwa perkataan kita salah. Kita cenderung tidak mau berkaca diri dan
malah memakai tameng dibalik kata “Baper”. Kita jadi malas memikirkan kesalahan
dan kata kata kita dan lebih menganggap orang lain lah yang berlebihan.
Padahal mungkin kita tidak tahu kondisi orang lain saat itu, bisa saja mereka sedang tidak mood atau dia
sedang sedih dan marah, lalu diperparah dengan kata kata atau sikap kita.
Bukankah “Baper” itu manusiawi? Bukan kah kita sengaja
dianugrahi perasaan agar bisa merasakan hal hal disekitar kita? Dan bukankah
marah pada hal hal tertentu yang sifatnya dianggap berlebih itu wajar? Lantas
apakah Baper itu salah?
Saya rasa tidak ada yang benar ataupun salah dalam hal ini,
semua kembali pada sudut pandang masing masing. Tapi bukankah lebih baik kita
mengganti kata Baper dengan kata maaf?
Meminta maaf bukan berarti kita salah atau kalah, tapi
karena kita berhati besar untuk menghargai orang lain. Bukankah kalau ingin
dihargai kita harus menghargai terlebih dahulu?
Dan yang terpenting adalah intropeksi diri. Sebelum berkata
baper pada orang lain mari pikirkan dulu apa benar perkataan kita salah dan
tidak sesuai situasi, jika iya mari ganti
kata “yaelah gitu aja marah, baper lu”
menjadi “yaelah gitu aja marah, maafin
gue ya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar