Source |
"I close my eyes and the years begin to move in reverse, slowly ticking backward, like the hands of a clock rotating in the wrong direction. As if through someone else's eyes, I watch myself grow younger; I see my hair changing from gray to brown, I feel the wrinkles around my eyes begin to smooth, my arms and legs grow sinewy. Lessons I've learned with age grow dimmer, and my innocence returns as that eventful year" approaches
Adalah sebuah cerita flashback dari Landon Carter seorang pria berumur 57 tahun ke masa mudanya
40 tahun yang lalu yaitui usia 17 tahun. Tahun dimana ia bertemu wanita hebat
bernama Jamie Sullivan yang telah
mengubah hidupnya hingga saat ini.
Landon Carter kala itu masih duduk di kelas 3 SMA di salah
satu sekolah daerah Beufort Amerika Serikat. Anak dari seorang Congressman
bernama Worth Carter yang terpandang dan kaya. Ayahnya bertugas di Washington
DC dan jarang bertemu serta berinteraksi dengan Landon. Itulah sebabnya Landon
tumbuh menjadi anak yang bisa dibilang sedikit bandel, anak yang suka berkumpul
dengan temannya malam hari di kuburan hanya untuk makan kacang atau anak yang
semasa kecil sering menggoda seorang Pendeta bernama Hegbert Sullivan dengan
kata kata tak pantasnya. Juga anak yang tidak ikut ekstrakuliller apapun dan
lebih memilih nongkrong ketika pulang sekolah. Hidup nya masih sebercanda itu.
Suatu hari sekolahnya mengadakan acara Homecoming Dance dan
mengharuskan mereka untuk datang bersama pasangan masing masing. Landon tampak
khawatir karena ia baru saja putus dengan Angela, sementara jika ia datang
sendiri maka ia harus mencuci piring dan mengepel kamar mandi sebagai bully-an
dari teman temannya. Ia mencoba mengajak beberapa teman wanitanya namun mereka
sudah taken. Akhirnya pilihannya terpaksa Jatuh pada Jamie Sullivan. Gadis yang
dianggap aneh di sekolahnya. Selalu menguncir rambut keatas, tidak pernah
menggunakan make up, selalu memakai cardigan coklat kuno dan rok wol, membawa
Injil kemanapun dan lebih memilih
menjadi relawan anak yatim piatu daripada pergi nongkrong dengan anak
seuisianya. Yang lebih membuat Landon terpaksa adalah Jamie Sullivan anak dari
Hegbert Sullivan, pendeta yang sering dia ejek waktu kecil sekaligus tidak
memiliki hubungan baik dengan keluarganya.
Meskipun tak terlalu dekat sebelumnya, namun Jamie
mengiyakan ajakan Landon karena dia memang gadis yang baik. Dia selalu berkata
bahwa setiap hal yang terjadi padanya adalah “rencana Tuhan” dan akan dengan
senang hati membantu siapapun serta
selalu mendoakan orang orang disekitarnya. Malam Homecoming Dance menjadi
sangat membosankan bagi Landon, ia berharap tak berinteraksi lagi dengan Jamie
yang dianggapnya “tidak asik".
Tapi rencana Tuhan memang berjalan, interaksinya dengan
Jamie terus berlanjut. Jamie meminta Landon untuk membantunya menjadi pemeran
laki laki Tom Thornton dalam drama sekolah untuk perayaan natal. Dari sini
interaksi mereka semakin sering walaupun sebernarnya Landon setengah hati
melakukannya. Mereka jadi sering ngobrol dan mengantar Jamie pulang sambil berjalan kaki.
Landon mulai merasa
terpesona pada Jamie ketika malam pementasan drama, melihat betapa cantiknya Jamie ketika
rambutnya digerai, memakai riasan wajah dan menggunakan gaun yang Indah.
Mindsetnya tentang Jamie perlahan lahan mulai berubah. Ia juga merasakan
kebaikan hati dan ketulusan Jamie saat
menjadi relawan anak yatim piatu dan mencari sumbangan untuk mereka. Kebaikan
hati Jamie membuatnya melakukan hal yang sama. Untuk pertama kalinya dalam
hidup, Landon merayakan natal bersama anak yatim dan mendonasikan tabungannya
sebesar 200 dolar untuk membantu mereka. Hatinya bergetar berada di sisi Jamie,
dia rela mengahabiskan tabungannya untuk membelikan Jamie cardigan baru. Dia
juga rela berlama lama membaca Injil bersama Jamie, hal yang jarang dia lakukan
sebelumnya. Landon mulai mencintai Jamie.
Namun disinilah cerita sebenarnya baru dimulai, alur berubah
menjadi mengejutkan bahwa ternyata Jamie menderita Leukimia dan umurnya tinggal
4 bulan lagi. Hal yang membuat Landon terpukul karena terjadi ketika dia merasa
Jamie adalah wanita terbaik yang pernah dia temui, ketika dia mulai berubah
menjadi lebih baik dan siap
membahagiakan Jamie. Dia dan keluarganya mengusahakan yang terbaik untuk
kesembuhan Jamie, termasuk memindahkan peralatan rumah sakit
kerumah Jamie karena Jamie tidak suka rawat inap.
"Jamie was more than just the woman I loved. In that year Jamie helped me become the man I am today. With her steady hand she showed me how important it was to help others; with hear patience and kindness she showed me that life is really all about. Her cheerfulness and optomism, even in times of sickness, was the most amazing thing I have ever witnessed"
Landon mulai menghabiskan waktunya untuk menemani Jamie dan
berpura pura kuat untuk menghiburnya. Kondisi Jamie semakin lemah, badannya
menyusut hingga hanya kulit yang membungkus tulang, mukanya semakin pucat, juga
sering merasakan pusing serta sakit di seluruh badan. Landon selalu membacakan
Injil untuk menyemangatinya. Salah satu paragraph yang disukai Jamie adalah
tentang cinta sejati, ia mempunyai impian untuk bisa menikah dan berjalan di
altar sebagai pengantin, jalan yang akan selalu mereka kenang dan disaksikan
banyak orang. Namun melihat kondisinya sekarang harapan itupun dirasa semakin
menipis.
"Love is always patient and kind. It is never jeleous. Love is never boastful or conceited. It is never rude or selfish. It does not take offense it is not selfish. It is does not take offense and is not resentful. Love takes no pleasure in other people’s sins, but delights in the truth. It is always ready to excuse, to trust, to hope and to endure whatever comes"
Mendengar hal itu, Landon mengumpulkan keberaniannya untuk
menemui orang tuanya dan Hegbert ayah Jamie, Ia ingin menikahi Jamie dengan kondisi dan
keadaan apapun. Dan yaaah akhirnya mereka menikah dengan di baptis Hegbert dan
disaksikan oleh keluarga serta kerabat di altar gereja. Beluuum ini belum akhir
dari cerita, you have to read this novel in your own to know the ending. For
your information this is heart-breaking novel.
"I was in love with her, so deeply in love that I didn't care if she was sick. I didn't care that we wouldn't have long together. None of those things mattered to me. All I cared about was doing something that my heart had told me was the right thing to do"
Saya rasa predikat “spesialis novel romantis” patut
disematkan pada Nicholas Spark, mengingat setiap novel yang ia keluarkan
memiliki kisah romansa yang khas. Novel ini sebenarnya karya lama Spark karena
sudah rilis tahun 1999 dan sudah difilmkan juga, but I think It is better late
than never, because novel is always better than the movie. Meskipun kisah dalam
novel ini terlihat biasa atau mainstream tapi narasi serta Bahasa di rangkai
Spark membuat karakter dan adegan dalam novel ini terasa hidup, we can take
deep with the situation. Kalaupun ada yang kurang dari novel ini saya rasa
adalah perpindahan dari scene waktu satu ke scene waktu yang lain. Misalnya
saat Landon dan Jamie baru diceritakan selesai latihan drama, di kalimat
berikutnya sudah diceritakan waktu satu minggu kemudian tanpa adanya jeda. But
overall this is a romantic and touching novel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar