Sabtu, 12 September 2015

EMBUNG NGLANGGERAN – DANAU PENCAKAR LANGIT





Masih tentang liburan saya di kampung halaman Klaten (kota antara Jogja dan Solo). Setelah di post blog sebelumnya saya berbagi cerita tentang Pantai Ngobaran, kali ini saya ingin membagikan cerita liburan saya selanjutnya di Embung Nglanggeran.
Embung? Apa itu embung? Sejenis sakit perut saat masuk angin kah? Bukan itu kembung, yang ini beda. Mungkin untuk kebanyakan orang masih asing mendengar istilah ini, tapi orang jawa menyebut embung untuk istilah mata air, atau penampung mata air skala besar embung, lebih mengacu pada danau. Jadi untuk gampangnya sebut saja embung atau danau.
Akhir akhir ini wisata alam sedang ngetren di kalangan anak muda, begitu juga di Yogyakarta yang memang masih kental dengan keindahan alamnya. Saya  mendapat referensi tempat ini pun dari postingan sosmed teman teman saya yang katanya anak gunung dan pecinta alam dadakan.

Embung Nglanggeran tepatnya terletak di Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Kalian bisa menggunakan bantuan GPS atau plang jalan untuk mencapai tempat ini karena tidak ada angkutan umum atau bis komersil. Dan seperti sebelumnya alternatif lain adalah menyewa kendaraan pribadi untuk wisatawan luar kota.

Karena terletak di Gunung Kidul jangan membayangkan trek  jalan bak naik lamborgini di jalan tol yang lancar nyaman halus secepat kilat. Karena pada kenyataanya jalan menuju Embung ini naik turun dan belak belok. Masih banyak jalan jalan berlubang dan tikungan tajam dilalui, jadi usahakan untuk selalu berhati hati. Tapi untuk urusan pemandangan tak perlu diragukan keindahannya, sepanjang jalan kalian akan menjumpai pemandangan hijau membentang luas yang masih asri dan segar serta terasering (sawah tingkat) yang tersusun rapi. Kalian juga akan menjumpai bongkahan batu besar yang lebih besar dari lamborgini (kenapa lamborgini lagi) karena embung ini dekat dengan wisata gunung api purba yang konon dari dulu sudah terkenal dengan bongkahan batunya yang besar.

Untuk masuk ke tempat wisata ini wisatawan akan dikenakan biaya 5000 rupiah per orang dan 2000 rupiah untuk parkir 1 motor. Dari tempat pembelian karcis menuju objek wisata kita masih menyusuri perkampungan warga dan jalan naik turun lagi sekitar 10 menit. Dan dari parkir motor kita harus berjalan mendaki bukit untuk sampai di atas embung, sudah ada fasilitas tangga jadi memudahkan wisatawan untuk naik. Iya kurang lebih judulnya naik naik ke puncak danau (bukan gunung).

Hal inilah yang membuat saya menyebut Embung Nglanggeran sebagai “Danau Pencakar Langit”, karena danau ini dibuat di atas bukit yang tinggi.  lebih tinggi dari perkampungan atau bukit bukit lain disekitarnya. Sehingga saat kita sampai di atas embung, kita akan melihat hamparan langit biru yang seolah sangat dekat dengan kita. Hamparan langin biru ini akan berpadu dengan hamparan pemandangan hijau tak berujung saat kita melihat turun kebawah bukit. Trust me its wonderful!










Selain view biru dan hijau kalian juga akan melihat bukit batu yang berjajar kokoh disebelah bukit. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, embung ini dekat dengan objek wisata gunung api purba yang dijadikan sebagai gunung pendakian bagi para pendaki pemula (tingginya hanya sekitar 700 mdpl). Dari cerita warga sekitar beratus ratus tahun lalu gunung itu sempat aktif tapi kemudian mati dan kerena reaksi alam bukitnya berubah menjadi bukit batu yang keras. Namun tak hanya batu, bukit ini juga menyajikan warna hijau dari pohon pohon yang entah bagaimana caranya bisa tumbuh disana. Warna coklat dan hijau ini menghasilkan screen unik dan khas. It feel like you get sensation taking picture in place out of Indonesia. Iya berasa di luar negeri, mungkin bisa pamer ke temen “eh gue abis dari luar negeri loh” padahal ke Jogja doang :D. Proud to be Indonesian lah.





Tak hanya berfoto, jika disela sela kunjungan di tempat ini kalian merasa lapar, ada beberapa pedagang yang menjajakan dagangannya. Paling banyak makanan yang dijual adalah Pop Ice, Pop Mie, kue, roti dan makanan ringan lain. Harganya juga masih terjangkau dengan uang 10 ribu rupiah kalian sudah bisa menikmati pop ice dan pop mie, yang sudah lumayan untuk mengganjal perut. Disediakan tempat duduk di warung ini, bagusnya tempat duduk ini menghadap hamparan pemandangan hijau, jadi saat makan pun tetap merasakan keindahan :D. Kebanyakan pengujung biasanya datang bersama pasangan mereka (terus gimana saya yang jomblo sepi sendiri ini). Tapi buat kalian yang sebangsa dengan saya, bangsa jomblo maksudnya, kalian bisa datang teman teman dan pastinya ini akan lebih seru, punya temen kan? punya dong?



Dan hal yang tak boleh dilewatkan saat mengunjungi tempat ini adalah melihat sunset. Ya sunset disini tak kalah dengan sunset di pantai, dengan ketinggian bukit seperti itu sunset akan terlihat indah dan lebih terang. Jadi saya sarankan mengunjungi tempat ini menjelang sore, selain bisa melihat sunset cuaca juga tidak terlalu panas







Sekian cerita dari saya, semoga bisa menjadi referensi liburan dan membuat kita lebih mencintai negeri serta alam kita. Semoga bermanfaat J

Bonus foto penulis dan teman temannya kkkkk


Tidak ada komentar:

Posting Komentar