Masih tentang liburan saya di kampung halaman Klaten (kota antara Jogja dan Solo). Setelah di post blog sebelumnya saya berbagi cerita tentang Pantai Ngobaran, kali ini saya ingin membagikan cerita liburan saya selanjutnya di Embung Nglanggeran.
Embung? Apa itu embung? Sejenis
sakit perut saat masuk angin kah? Bukan itu kembung, yang ini beda. Mungkin
untuk kebanyakan orang masih asing mendengar istilah ini, tapi orang jawa
menyebut embung untuk istilah mata air, atau penampung mata air skala besar embung, lebih mengacu pada danau. Jadi untuk
gampangnya sebut saja embung atau danau.
Akhir akhir ini wisata alam
sedang ngetren di kalangan anak muda, begitu juga di Yogyakarta yang memang
masih kental dengan keindahan alamnya. Saya mendapat referensi tempat ini pun dari
postingan sosmed teman teman saya yang katanya anak gunung dan pecinta alam
dadakan.
Embung Nglanggeran tepatnya
terletak di Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunung Kidul, Yogyakarta. Kalian bisa menggunakan bantuan GPS atau plang jalan
untuk mencapai tempat ini karena tidak ada angkutan umum atau bis
komersil. Dan seperti sebelumnya alternatif lain adalah menyewa kendaraan pribadi untuk wisatawan luar kota.
Karena terletak di Gunung Kidul
jangan membayangkan trek jalan bak naik
lamborgini di jalan tol yang lancar nyaman halus secepat kilat. Karena pada
kenyataanya jalan menuju Embung ini naik turun dan belak belok. Masih banyak
jalan jalan berlubang dan tikungan tajam dilalui, jadi usahakan untuk
selalu berhati hati. Tapi untuk urusan pemandangan tak perlu diragukan keindahannya, sepanjang jalan kalian akan menjumpai pemandangan hijau
membentang luas yang masih asri dan segar serta terasering (sawah tingkat) yang
tersusun rapi. Kalian juga akan menjumpai bongkahan batu besar yang lebih besar dari lamborgini (kenapa lamborgini lagi) karena embung ini dekat
dengan wisata gunung api purba yang konon dari dulu sudah terkenal dengan
bongkahan batunya yang besar.
Untuk masuk ke tempat wisata ini
wisatawan akan dikenakan biaya 5000 rupiah per orang dan 2000 rupiah untuk
parkir 1 motor. Dari tempat pembelian karcis menuju objek wisata kita masih menyusuri perkampungan warga dan jalan naik
turun lagi sekitar 10 menit. Dan dari parkir motor kita harus berjalan mendaki
bukit untuk sampai di atas embung, sudah ada fasilitas tangga jadi memudahkan wisatawan
untuk naik. Iya kurang lebih judulnya naik naik ke puncak danau (bukan gunung).
Hal inilah yang membuat saya menyebut
Embung Nglanggeran sebagai “Danau Pencakar Langit”, karena danau ini dibuat di
atas bukit yang tinggi. lebih tinggi
dari perkampungan atau bukit bukit lain disekitarnya. Sehingga saat kita sampai
di atas embung, kita akan melihat hamparan langit biru yang seolah sangat dekat
dengan kita. Hamparan langin biru ini akan berpadu dengan hamparan pemandangan
hijau tak berujung saat kita melihat turun kebawah bukit. Trust me its
wonderful!
Selain view biru dan hijau kalian juga akan melihat bukit
batu yang berjajar kokoh disebelah bukit. Seperti yang sudah saya ceritakan
sebelumnya, embung ini dekat dengan objek wisata gunung api purba yang dijadikan
sebagai gunung pendakian bagi para pendaki pemula (tingginya hanya sekitar 700 mdpl). Dari cerita warga sekitar beratus ratus tahun lalu gunung itu sempat
aktif tapi kemudian mati dan kerena reaksi alam bukitnya berubah menjadi bukit batu
yang keras. Namun tak hanya batu, bukit ini juga menyajikan warna hijau
dari pohon pohon yang entah bagaimana caranya bisa tumbuh disana. Warna coklat
dan hijau ini menghasilkan screen unik dan khas. It feel like you get sensation
taking picture in place out of Indonesia. Iya berasa di luar negeri, mungkin bisa pamer
ke temen “eh gue abis dari luar negeri loh” padahal ke Jogja doang :D. Proud to
be Indonesian lah.
Tak hanya berfoto, jika disela sela kunjungan di tempat ini
kalian merasa lapar, ada beberapa pedagang yang menjajakan dagangannya. Paling
banyak makanan yang dijual adalah Pop Ice, Pop Mie, kue, roti dan makanan ringan
lain. Harganya juga masih terjangkau dengan uang 10 ribu rupiah kalian
sudah bisa menikmati pop ice dan pop mie, yang sudah lumayan untuk mengganjal
perut. Disediakan tempat duduk di warung ini, bagusnya tempat duduk ini
menghadap hamparan pemandangan hijau, jadi saat makan pun tetap merasakan
keindahan :D. Kebanyakan pengujung biasanya datang bersama pasangan mereka
(terus gimana saya yang jomblo sepi sendiri ini). Tapi buat kalian yang
sebangsa dengan saya, bangsa jomblo maksudnya, kalian bisa datang teman teman
dan pastinya ini akan lebih seru, punya temen kan? punya dong?
Dan hal yang tak boleh dilewatkan saat mengunjungi tempat
ini adalah melihat sunset. Ya sunset disini tak kalah dengan sunset di
pantai, dengan ketinggian bukit seperti itu sunset akan terlihat indah dan
lebih terang. Jadi saya sarankan mengunjungi tempat ini menjelang sore, selain
bisa melihat sunset cuaca juga tidak terlalu panas
Sekian cerita dari saya, semoga bisa menjadi referensi
liburan dan membuat kita lebih mencintai negeri serta alam kita. Semoga
bermanfaat J
Bonus foto penulis dan teman temannya kkkkk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar