Terima Kasih untuk
kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku.
Cinta memang tidak
perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.
Terima kasih. Nasihat
lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir,
tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.
Masa lalu. Rasa sakit.
Masa Depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka
biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan.
Long time no writing! Aah I miss this blog so much.
Well, saya baru saja selesai membaca salah satu novel terbaru
Tere Liye, Tentang Kamu. Saya tertipu, yaa benar benar tertipu. Jika pepatah
terkenal mengatakan “Don’t judge a book by its cover”, maka pepatah yang tepat
untuk novel ini adalah “Don’t judge a book by its tittle”.Dilihat dari
judulnya, saya kira ini adalah novel cinta menye menye yang nyritain mantan
atau tentang seeorang yang dikagumi. Saya membayangkan novel ini adalah
kumpulan cerita perjalanan cinta dua orang yang pernah, sedang, atau akan
bersama. But I was wrong. Iam tottaly wrong. Actually the content isn’t as
simple as the tittle, It is complicated.
Adalah Zaman Zulkarnaen seorang pemuda Indonesia lulusan
Oxford University Inggris yang tengah magang di salah satu firma hukum daerah
Belgrave Square London bernama Thompshon & Co. Firma ini bergerak di bidang
pembagian warisan dan harta yang terkenal jujur dan adil. Zaman mendapat tugas
khusus dari bosnya langsung untuk menangani kasus pembagian warisan seorang
milyader wanita yang tinggal di Prancis dan baru saja meninggal. Ia
meninggalkan harta berupa 1% saham di salah satu perusahaan raksasa
multinasional yang jumlahnya mencapai 1 milyar poundsterling atau sekitar 19
trilyun rupiah. Wow. Yang aneh adalah seorang milyader dengan harta sebanyak
itu meninggal di sebuah panti jompo Prancis dan tak mempunyai keluarga yang sah
secara hukum. Dan yang lebih mengejutkan, nama wanita itu adalah Sri Ningsih,
ya dia berasal dari Indonesia
.
Novel ini mengajak kita menelusuri kehidupan Sri Nigsih
dengan segala lika likunya. Kita juga akan diajak Zaman Zulkaernaen terbang
dari tempat satu ke tempat lain, dari kota satu ke kota lain dan dari negara
satu ke negara lain dengan jet pribadi kantor untuk menemukan jejak Sri
Ningsih.
Bermodalkan buku diary yang berisi catatan catatan hidupnya
dan beberapa foto pada jamannya, Zaman mencoba merangkai kepingan kepingan
puzzle itu menjadi puzzle yang utuh agar bisa dimengerti. Dimulai dari Pulau
Bungin, salah satu kampung nelayan yang terletak di Sumbawa. Kita diajak
menelusuri kehidupan gadis kecil, gempal dan hitam yang dulu pernah
menghabiskan masa kecilnya di tempat kumuh itu. Disusul terbang ke Solo,
Jakarta dan Inggris untuk menelusuri kehidupan kehidupan selanjutnya.
Cerita ini seolah memperlihatkan kita tentang perjalanan
hidup seseorang dari nol sampai bisa melakukan sesuatu berharga bagi diri
sendiri dan orang lain. Tentang jatuh bangun kehidupan melewati pencapaian,
kebahagian dan bahkan kehilangan.
“Dalam hidupnya, banyak orang yang bisa memberikan kesaksian betapa Sri
adalah wanita kuat, yang selalu bisa memeluk hal semenyakitkan apa pun, tapi
dia bukan wanita super. Hatinya tidak terbuat dari baja, yang tidak bisa
tergores. Dia tetaplah wanita biasa. Saat orang melihatnya begitu tegar
menghadapi apapun, orang orang tidak tahu seberapa besar perjuangannya untuk
membujuk dirinya sendiri untuk sabar, membujuk dirinya untuk melepaskan, melupakan,
dan semua hal yang mudah dikatakan, tapi berat dilakukan.” [406]
One thing that I catch from this novel is Life full of Up
dan down. All you need is keep going on. That’s it.
Selain tenggelam dalam kisah Sri Ningsih, novel ini juga
mengajari kita bnyak hal tentang istilah istilah hukum warisan, saham,
management bahkan agama. Kita juga akan diajak menengok kembali beberapa
peristiwa penting dalam sejarah seperti Y2K yaitu ketikmampuan komputer dalam
membaca penanggalan millennium pada angka 2000, peristiwa demo mahasiswa di
pasar senen, sampai peristiwa G 30 S PKI. What a complete package in one novel.
For 524 pages, I think it is worth.
Happy Reading! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar