Akhirnya penantian panjang ini berakhir. Yep, buat kalian penggemar novel
Dilan pasti udah nunggu nunggu novel ini, dan yah novelnya udah terbit! Kalau
dibuku sebelumnya Dilan, Dia Dilanku Tahun 1990 dan Dilan, Dia Dilanku Tahun 1991 cerita
ditulis dari sudut pandang Milea, maka seperti judulnya novel ini diceritakan
dari sudut pandang dan pemikiran Dilan, disertai info tambahan dan cerita lain
darinya.
Seperti yang sudah kita tahu, hubungan Dilan dan Milea putus
pada buku kedua, kitapun mungkin dibuat bertanya tanya “kok Dilan gitu sih” atau
“kok dilan tambah nakal sih”. Nah pada buku ketiga ini pertanyaan pertanyaan
kita tadi akan dijawab dilan secara lengkap menurut versinya.
“Perpisahan adalah upacara menyambut hari hari penuh rindu”
Pada awal buku dijelaskan, dengan novel ketiga ini Dilan
berharap novelnya bisa menjadi pelajaran untuk mereka yang baca, misalnya saja
bagaimana caranya ngasih kado dengan biaya yang irit, atau pelajaran olahraga
karena kata orang berantem itu termasuk olahraga dan mungkin saat Lia menangis
memberikan kita pelajaran biologi bahwa air mata yang mengalir dipipi itu
adalah kelenjar yang diproduksi oleh proses lakrimasi untuk membantu
membersihkan dan melumasi mata kita (wkwk).
Interaksi awal Milea – Dilan diawali dari pertemuan mereka
di jalan kecil menuju sekolah, waktu itu dilan yang sedang naik motor tiba tiba
menghentikan motornya dan berkata pada Milea “Boleh aku ramal?”. Tindakannya
itu ternyata terinspirasi dari Remi Moore, teman Dilan yang seorang waria dan
selalu membawa kartu tarot kemana mana untuk meramal orang di jalan atau lampu
merah. Waria? Dilan berteman dengan Waria? Mungkin itulah kata kata yang
langsung terlintas dipikiran kalian. Tapi yaaa memang begitulah Dilan, dia
selalu punya pemikiran unik terhadap apapun dan selalu jadi dirinya sendiri yang
apa adanya. Dilan juga menceritakan pemikirannya mengapa bergabung menjadi geng
motor dan alasannya kenapa sering
terlibat perkelahian. Kita akan diajak untuk berfikir terbuka dari dua sisi
tanpa mengintimindasi.
Termasuk terhadap tingkah tingkah konyolnya dalam mendekati
Milea yang terbilang unik. Dilan hanya ingin selalu membahagiakan Milea dan
membuatnya tertawa, mengirim coklat lewat beberapa orang dari profesi yang
berbeda atau mengirimkan Bi Asih untuk memijat kakinya hingga percakapan
percakapan lucu yang selalu membuat keduanya rindu.
“Mudah – mudahan, kamu mengerti dengan apa yang sedang aku bicarakan. Intinya, jangan datang ke perempuan untuk membuat dia mau, tetapi datanglah ke perempuan untuk membuat dia senang. Kalau kamu tidak setuju, tetapi aku begitu.”
Walaupun sekilas Dilan terlihat seperti orang yang sembrono
tapi percayalah dia berhasil meyakinkan kita bahwa dia adalah orang penyayang
terhadap siapapun yang ia sayangi.
“Menurutku, Lia itu seorang yang harus dilindungi dari orang yang memperlakukan dia seperti orang bloon yang tidak tahu apa apa. Lia semacam orang yang ingin dibiarkan menjalani hidup dengan suasana yang luwes, lancar, dan orisinal. Dikasih sedikit campuran Rock ‘n Roll, tetapi yang Lillahita’ala.
Selanjutnya cerita manis mereka mengalir seperti yang telah
diceritakan di novel pertama dan kedua, sampai beberapa masalah datang merubah
semuanya. Berawal dari tragedi meninggalnya Akew yang diduga karena pengroyokan
antar geng motor. Penyebab tragedi ini akhirnya terjawab bahwa ternyata Akew
korban salah sasaran dari dua kampung yang sedang berkonflik. Tragedi ini juga
menjadi awal merenggangnya hubungan Milea – Dilan. Ditambah kesalahpahaman
tanpa penjelasan serta prasangka sepihak yang ada pada diri mereka masing
masing membuat keadaan semakin memburuk, hingga pada saatnya Milea mengakhiri
hubungan mereka. Ego dan gengsi membuat Dilan kacau dan bahkan membuatnya
mengurungkan niat untuk mengajak Milea kembali.
“Bagiku, walau patah hati itu rasanya tidak enak, aku masih ingin bisa menggantungkan lampu lampu yang aku olah sendiri di sudut sudut ruang tergelapku! Kupikir ini tentang strategi. Tidak ada orang di dunia ini yang mampu sempurna menangani persoalan, tapi itulah cara otakku mengatasi keadaan untuk membuat perlindungan diriku, untuk menjaga kewarasan dan kesehatan diriku.”
Dan untuk kalian yang sangat menyayangkan putusnya hubungan
mereka serta berharap mereka menurunkan ego dan gengsi masing masing agar bisa
kembali, maka lagi lagi Dilan menggunakan pikiran uniknya untuk menjawab
harapan kita.
“Aku ingat, aku pernah bilang kepadanya jika ada orang yang menyakitinya, maka orang itu akan hilang. Jika orang itu adalah aku, maka akupun harus hilang.”
Lalu seperti yang kita tahu juga setelah putus mereka
memiliki kehidupannya masing masing, Milea sudah memiliki Mas Herdi, dan
sedikit bocoran Dilan juga sudah memiliki pacar bernama Ancika Mehrunisa Rabu
(yang katanya lahir hari Rabu).
“Dan sekarang, yang tetap di dalam diriku adalah kenangan, disanalah kamu selalu. Terima kasih, Lia. Terima kasih dulu kamu pernah mau.”
Terima kasih Dilan, terima kasih Milea, aku rindu.
Oooooo jadi gini toh endingnyaaa.. Baper miss errrsssssss..Dilan Milea aku rindu.. Aku nangis 😢😢
BalasHapusJiahaha terima kasih dilan, terima kasih milea stidaknya kalian prnah brsama��
BalasHapus