Senin, 12 September 2016

MILEA, SUARA DARI DILAN – PIDI BAIQ



Akhirnya penantian panjang  ini berakhir. Yep, buat kalian penggemar novel Dilan pasti udah nunggu nunggu novel ini, dan yah novelnya udah terbit! Kalau dibuku sebelumnya Dilan, Dia Dilanku Tahun 1990 dan Dilan, Dia Dilanku Tahun 1991 cerita ditulis dari sudut pandang Milea, maka seperti judulnya novel ini diceritakan dari sudut pandang dan pemikiran Dilan, disertai info tambahan dan cerita lain darinya.

Seperti yang sudah kita tahu, hubungan Dilan dan Milea putus pada buku kedua, kitapun mungkin dibuat bertanya tanya “kok Dilan gitu sih” atau “kok dilan tambah nakal sih”. Nah pada buku ketiga ini pertanyaan pertanyaan kita tadi akan dijawab dilan secara lengkap menurut versinya.
“Perpisahan adalah upacara menyambut hari hari penuh rindu”
Pada awal buku dijelaskan, dengan novel ketiga ini Dilan berharap novelnya bisa menjadi pelajaran untuk mereka yang baca, misalnya saja bagaimana caranya ngasih kado dengan biaya yang irit, atau pelajaran olahraga karena kata orang berantem itu termasuk olahraga dan mungkin saat Lia menangis memberikan kita pelajaran biologi bahwa air mata yang mengalir dipipi itu adalah kelenjar yang diproduksi oleh proses lakrimasi untuk membantu membersihkan dan melumasi mata kita (wkwk).
Interaksi awal Milea – Dilan diawali dari pertemuan mereka di jalan kecil menuju sekolah, waktu itu dilan yang sedang naik motor tiba tiba menghentikan motornya dan berkata pada Milea “Boleh aku ramal?”. Tindakannya itu ternyata terinspirasi dari Remi Moore, teman Dilan yang seorang waria dan selalu membawa kartu tarot kemana mana untuk meramal orang di jalan atau lampu merah. Waria? Dilan berteman dengan Waria? Mungkin itulah kata kata yang langsung terlintas dipikiran kalian. Tapi yaaa memang begitulah Dilan, dia selalu punya pemikiran unik terhadap apapun dan selalu jadi dirinya sendiri yang apa adanya. Dilan juga menceritakan pemikirannya mengapa bergabung menjadi geng motor  dan alasannya kenapa sering terlibat perkelahian. Kita akan diajak untuk berfikir terbuka dari dua sisi tanpa mengintimindasi.

Termasuk terhadap tingkah tingkah konyolnya dalam mendekati Milea yang terbilang unik. Dilan hanya ingin selalu membahagiakan Milea dan membuatnya tertawa, mengirim coklat lewat beberapa orang dari profesi yang berbeda atau mengirimkan Bi Asih untuk memijat kakinya hingga percakapan percakapan lucu yang selalu membuat keduanya rindu.
“Mudah – mudahan, kamu mengerti dengan apa yang sedang aku bicarakan. Intinya, jangan datang ke perempuan untuk membuat dia mau, tetapi datanglah ke perempuan untuk membuat dia senang. Kalau kamu tidak setuju, tetapi aku begitu.”
Walaupun sekilas Dilan terlihat seperti orang yang sembrono tapi percayalah dia berhasil meyakinkan kita bahwa dia adalah orang penyayang terhadap siapapun yang ia sayangi.
“Menurutku, Lia itu seorang yang harus dilindungi dari orang yang memperlakukan dia seperti orang bloon yang tidak tahu apa apa. Lia semacam orang yang ingin dibiarkan menjalani hidup dengan suasana yang luwes, lancar, dan orisinal. Dikasih sedikit campuran  Rock ‘n Roll, tetapi yang Lillahita’ala.
Selanjutnya cerita manis mereka mengalir seperti yang telah diceritakan di novel pertama dan kedua, sampai beberapa masalah datang merubah semuanya. Berawal dari tragedi meninggalnya Akew yang diduga karena pengroyokan antar geng motor. Penyebab tragedi ini akhirnya terjawab bahwa ternyata Akew korban salah sasaran dari dua kampung yang sedang berkonflik. Tragedi ini juga menjadi awal merenggangnya hubungan Milea – Dilan. Ditambah kesalahpahaman tanpa penjelasan serta prasangka sepihak yang ada pada diri mereka masing masing membuat keadaan semakin memburuk, hingga pada saatnya Milea mengakhiri hubungan mereka. Ego dan gengsi membuat Dilan kacau dan bahkan membuatnya mengurungkan niat untuk mengajak Milea kembali.
“Bagiku, walau patah hati itu rasanya tidak enak, aku masih ingin bisa menggantungkan lampu lampu yang aku olah sendiri di sudut sudut ruang tergelapku! Kupikir ini tentang strategi. Tidak ada orang di dunia ini yang mampu sempurna menangani persoalan, tapi itulah cara otakku mengatasi keadaan untuk membuat perlindungan diriku, untuk menjaga kewarasan dan kesehatan diriku.”
Dan untuk kalian yang sangat menyayangkan putusnya hubungan mereka serta berharap mereka menurunkan ego dan gengsi masing masing agar bisa kembali, maka lagi lagi Dilan menggunakan pikiran uniknya untuk menjawab harapan kita.
“Aku ingat, aku pernah bilang kepadanya jika ada orang yang menyakitinya, maka orang itu akan hilang. Jika orang itu adalah aku, maka akupun harus hilang.”
Lalu seperti yang kita tahu juga setelah putus mereka memiliki kehidupannya masing masing, Milea sudah memiliki Mas Herdi, dan sedikit bocoran Dilan juga sudah memiliki pacar bernama Ancika Mehrunisa Rabu (yang katanya lahir hari Rabu).
“Dan sekarang, yang tetap di dalam diriku adalah kenangan, disanalah kamu selalu. Terima kasih, Lia. Terima kasih dulu kamu pernah mau.”

Terima kasih Dilan, terima kasih Milea, aku rindu.

2 komentar:

  1. Oooooo jadi gini toh endingnyaaa.. Baper miss errrsssssss..Dilan Milea aku rindu.. Aku nangis 😢😢

    BalasHapus
  2. Jiahaha terima kasih dilan, terima kasih milea stidaknya kalian prnah brsama��

    BalasHapus