KONSEP MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN YANG SEMPURNA DALAM ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan paling
sempurna dibandingkan dengan Malaikat, Jin,
Iblis, Binatang, dan makhluk lainnya. Dari kesempurnaan itu banyak sifat dan karakteristik manusia yang tidak dimiliki
makhluk lain. Ada beberapa tahapan dalam proses penciptaan
manusia itu sendiri. Mulai dari alam kandungan sampai lahir di dunia.
Allah menciptakan manusia bukan tanpa alasan. Ada
peranan – peranan yang seharusnya bisa dilakukan di bumi ini. Selain peranan
itu manusia mempunyai kedudukan yang
sudah digariskan Allah dan seharusnya menjadi amanah dan kodrat manusia
di bumi.
Dari sinilah penulis ingin
mempelajari lebih jauh lagi tentang kesempurnaan manusia ditinjau dari sudut
pandang Islam. Dalam makalah ini akan dijelaskan konsep manusia dari berbagai
perspektif, proses penciptaan manusia, peranan dan kedudukannya bagi alam
semesta serta karakteristik serta eksistensinya.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana konsep manusia ditinjau dari berbagai perspektif ?
b.
Bagaimana proses penciptaan manusia ?
c.
Apa saja peranan dan kedudukan manusia bagi alam semesta ?
d.
Bagaimana Eksistensi dan Karakteristik keistimewaan manusia ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
a.
Untuk mengetahui konsep manusia dari berbagai perspektif
b.
Untuk Menjelaskan proses penciptaan manusia
c.
Untuk mengetahui peranan dan kedudukan manusia bagi alam semesta
d.
Untuk mengetahui eksistensi dan karaktristik keistimewaan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Konsep Manusia dalam
Berbagai Perspektif
1.
Manusia Menurut Pandangan Ilmu
Pengetahuan
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal
usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan
tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya
melalui proses evolusi.
Manusia pada hakekatnya sama saja
dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang
untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran.
Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan
keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia
sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang
memiliki karakter paling unik. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia
dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.
Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai
kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan
manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di
darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di
ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut,
namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
2. Manusia
Menurut Pandangan Filsafat
Setidaknya
ada empat pandangan yang berbicara mengenai hakikat manusia dalam pandangan
filsafat:
a. Aliran serba Zat
Aliran
ini mengatakan bahwa apa yang disebut ruh atau jiwa, pikiran, perasaan
(tanggapan, kemauan, kesadaran, ingatan, khayalan, asosiasi, penghayatan dan
sebagainya) dari zat atau materi yaitu sel-sel tubuh. Kebahagiaan, kesenangan
dan sebagainya juga berasal dari materi (Pandangan Materialistis). Hal-hal yang
bersifat ukhrowi (akhirat) dianggap sebagai khayalan belaka.
b. Aliran Serba Ruh
Merupakan
lawan dari aliran serba zat. Mereka mengatakan bahwa yang ada dalam manusia
sebenarnya adalah ruh. Sedang zat hanya manifestasi ruh di dunia ini. Hal ini
berdasarkan bukti bahwa ruh lebih tinggi nilainya daripada zat.
c. Aliran Dualisme
Aliran
yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk dualisme, terdiri dari ruh dan
badan (Zat). Antara keduanya terjadi hubungan kausalitas. Ruh dan badan berbeda
dan tidak bergantung satu sama lain. Degan artian ruh tidak berasal dari badan,
begitu pula sebaliknya.
d.
Aliran Eksistensialisme
Aliran
yang terakhir ini terfokus kepada mana yang merupakan eksistensi atau wujud
dari manusia, apa yang menguasai manusia secara menyeluruh, dan cara beradanya
manusia di dunia ini. Aliran ini timbul dari pemikiran para ahli filsafat modern.
3.
Manusia menurut pandangan Islam
Manusia
menurut pandangan islam dapat kita lihat dari al-Qur’an dan al-hadist adalah
sebagai berikut :
a. Al
- Insan
Al
Insan berkaitan erat dengan kemampuan penalaran manusia. Ia dapat mengambil
pelajaran dari apa yang dilihatnya, mengetahui benar dan salah, dan terdorong
untuk meminta izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Sedang insan
dilihat dari kata nasiya berarti lupa, yang berkaitan dengan kesadaran manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia pada
dasarnya memiliki kaitan erat dengan pendidikan jika di artikan dengan anasa,
sebagai makhluk yang pelupa, dan sebagai makhluk yang tidak liar serta memiliki
tata aturan etik, sopan santun dan berbudaya.
b. Al
- Basyar
Alqur’an juga menyebut manusia sebagai basyar.
Kata basyar mengacu pada aspek lahiriyah manusia bentuk tubuh, makan, minum dan
kemudian mati. Kata insan menunjukan kepada kualitas pemikiran dan kesadaran,
sedang kata basyar digunakan untuk menunjukan pada dimensi alamiah manusia,
yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, seperti makan, minum dan kemudian
mati.
c. An-Nas
Disini
An-Nas manusia sebagai makhluk sosial mengutamakan keharmonisan bermasyarakat.
Karena
manusia tidak bisa hidup sendiri. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya
manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan
berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis
di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh
saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep
an-naas.
2.2 Proses Penciptaan
Manusia dalam Kehidupan di Dunia
Yang
akan kami bicarakan berikut ini menyangkut proses penciptaan manusia dalam
kehidupan di dunia.
Lebih
lanjut, pandangan Islam mengenai proses kejadian manusia dapat dilihat dalam
surat al-Mukminun 12-14:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ
مِنْ
سُلَالَةٍ
مِنْ
طِينٍ
"Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah."(Q.S. Al- mu'minun : 12)
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ
نُطْفَةً
فِي
قَرَارٍ
مَكِينٍ
"Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim)."(Q.S. Al- mu'minun : 13)
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ
عَلَقَةً
فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ
مُضْغَةً
فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ
عِظَامًا
فَكَسَوْنَا
الْعِظَامَ
لَحْمًا
ثُمَّ
أَنْشَأْنَاهُ
خَلْقًا
آخَرَ
ۚ
فَتَبَارَكَ
اللَّهُ
أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ
"Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik."(Q.S. Al- mu'minun : 14)
Dan juga surat ash-Shad ayat 72
﴿۷۲﴾فَاِذَا
سَوَّيۡتُهٗ
وَنَفَخۡتُ
فِيۡهِ
مِنۡ
رُّوۡحِىۡ
فَقَعُوۡا
لَهٗ
سٰجِدِيۡنَ
72.
Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
Di dalam al_Hadit juga dijelaskan mengenai proses
kejadian manusia, Rosulallah SAW bersabda: “Bahwasannya seorang kamu
dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian merupakan
laqah (segumpal darah) seumpama demikian (selama 40 hari), kemudian merupakan
mudgatan (segumpal daging) seumpama demikaian (selama 40 hari). Kemudian allah
mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepadanya (malaikat) empat
perkataan dan dikatakan kepada malaikat engkau tuliskanlah amalnya, dan
rizkinya dan azalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah kepada
makhluk itu ruh” (H.R Bukhari)
Di sini dapat dikatakan bahwa manusia terdiri dari
dua substansi yaitu materi yang berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari
tuhan. Berbeda dari malaikat yang hanya merupakan makhluk ruhaniyah (bersifat
ruh semata) dan hewan, makhluk yang bersifat jasad material.
Namun
dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Melalui
sunahnya, Nabi Muhammad menjelaskan pula proses kejadian manusia, antara lain
dalam hadits berbunyi sebagai berikut:
Artinya
: “Sesungguhnya, setiap manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya
selama empat puluh hari sebagai muthfah (air mani), empat puluh hari sebagai
‘alaqah (segumpal darah) selama itu pula sebagai mudhgah (segumpal daging).
Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh (ciptaan) Allah ke dalam
tubuh (janin) manusia yang berada dalam rahim itu (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari
uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk
ciptaan Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik dan ruh (ciptaan)
Allah. Sebagai makhluk illahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui 5 tahap,
masing-masing tahap tersebut “alam” yaitu :
1)
Di alam ghaib (alam ruh atau arwah)
2)
Di alam rahim
3)
Di alam dunia (yang fana ini)
4)
Di dalam barzakh dan
5)
Di alam akhirat (yang kekal = abadi) yakni alam tahapan terakhir hidup dan
kehidupan (ruh) manusia.
Tidak
sedikit ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang manusia, bahkan manusia adalah
makhluk pertama yang disebut dua kali dalam rangkaian wahyu pertama (Q.S.
Al-Alaq: 1-5). Di satu sisi manusia sering mendapat pujian Tuhan. Dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lain, ia mempunyai kapasitas yang paling tinggi (Q.S.
Hud: 3), mempunyai kecenderungan untuk dekat kepada Tuhan melalui kesadarannya
tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh di alam sadarnya (Q.S. Ar-Rum: 43).
Manusia diberi kebebasan dan kemerdekaan serta kepercayaan penuh untuk memilih
jalannya masing-masing (Q.S. Al-Ahzab: 72; Al-Ihsan : 2-3). Ia diberi kesadaran
moral untuk memilih mana yang baik mana yang buruk, sesuai dengan hati
nuraninya atas bimbingan wahyu (Q.S. Asy-Syams(91):7-8). Manusia dimuliakan
Tuhan dan diberi kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lain (Q.S.
Al-Isra:70), diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S.
At-Tiin(95):4)
Namun disisi lain, manusia ini juga mendapat celaan
Tuhan, amat aniaya dan mengikari nikmat (Q.S. Ibrahim: 34), sangat banyak
membantah (Q.S. Al-Hajj: 67) dan kelemahan lain yang telah disebut didepan.
Dengan mengemukakan sisi pujian dan celaan tidak berarti bahwa ayat-ayat
Al-Qur’an bertentangan satu sama lain, tetapi hal itu menunjukkan potensi manusiawi
untuk menempati tempat terpuji, atau meluncur ke tempat tercela.
Al-Qur’an seperti telah disebut di muka, menjelaskan
bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya,
Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya (Q.S. Sad: 71-72). Dengan “tanah”
manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk lain sehingga
butuh makanan, minuman, dan sebagainya. Dengan ruh (ciptaan) Tuhan, ia diantar
kearah tujuan non materi yang tidak terbobot, tidak bersubstansi dan tidak
dapat diukur di laboratorium, tidak dikenal oleh alam materi.
Fungsi
utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi dan perannya sebagai
khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu
belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia
sebagai khalifah Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi, mengelola dan
memelihara bumi.
2.3 Peranan dan Kedudukan
Manusia bagi Alam Semesta
A. Peran
Manusia Menurut Islam
Berpedoman
kepada QS Al Baqarah 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku
ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk
menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada
orang lain.
Peran
yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar
adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dalam Al-Qur’an belajar yang
dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu
Al Qur’an. Selain Ilmu agama kita juga harus belajar ilmu yang bemanfaat bagi
kita, Rasulullah SAW bersabda :
أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْدِ
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang
lahat”.
2. Mengajarkan
ilmu
Rasulullah
bersabda :
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah
dariku walau hanya satu ayat”
Maksudnya
kita harus mengajarkan atau menyampaikan ilmu yang kita miliki walaupun sedikit
agar bermanfaat untuk orang lain.
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu
yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang
telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
B. Kedudukan
Manusia bagi Alam Semesta
a. Manusia
Sebagai Abdul Allah
Dalam konteks konsep Abdul Allah, manusia harus
menyadari betul akan dirinya sebagai abdi. Hal ini berati bahwa manusia harus
menempatkan dirinya sebagai yang dimiliki, tunduk dan taat kepada semua
ketentuan pemiliknya, yaitu allah SWT.
Musya
Asy’arie (dikutip oleh Ramayulis) mengatakan bahwa esensi hamba adalah
ketaan,ketundukan dan kepatuhan yang kesemuanya itu hanya layak diberikan
kepada Tuhan. Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama
sesuai dengan fitrahnya.
Manusia
diciptakan Allah tidak lain kecuali agar menyembah kepada-Nya. Selama hidup di
dunia manusia wajib beribadah dan menghambakan diri kepada Allah yang disebut
ibadah mahdlah ( ibadah primer ) dan manusia juga wajib berhubugan dengan
sesaman makhluk yang disebut ibadah ghairu mahdlah ( ibadah sekunder ).
Islam
telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tatacara beribadah kepada Allah.
Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur sampai akan tidur harus
disesuaikan dengan ajaran islam.
Dengan demikian, kepercayaan dan
ketergantungan manusia dengan tuhannya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia itu sendiri.
A. Manusia
Sebagai Kholifah Allah
Al-Qur’an tidak memandang manusia sebagai makhluk
yang tercipta secara kebetulan, atau tercipa dari kumpulan atom, tapi ia
diciptakan setelah sebelumnya direncanakan untuk mengemban satu tugas sebagai
khalifah di muka bumi ini, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di bumi (QS. 2 :30). Ia dibekali Tuhan dengan potensi dan kekuatan positif untuk
mengubah corak kehidupan di dunia ke arah yang lebih baik. M. Quraisy Shihab
menyimpulkan bahwa kata khalifah itu mencakup dua pengertian :
1. Orang yang diberi kekuasaan untuk mengelola
wilayah, baik luas maupun terbatas.
2.
Khalifah memilki potensi untuk mengemban tugasnya, namun juga dapat berbuat
kesalahan dan kekeliruan.
Beranjak dari pemahaman bahwa ada dua unsur
sehubungan dengan makna khalifah yakni unsur internal (mengarah pada hubungan
horizontal) yang berkaitan dengan manusia, alam raya dan antar manusia dengan
alam raya. Dan unsur eksternal (kaitannya dengan hubungan vertical) yaitu
penugasan Allah kepada manusia sebagai
mandataris Allah dan pada hakekatnya eksistensi manusia dalam kehidupan ini
adalah membangun dan mengelola dunia tempat hidupnya ini sesuai dengan kehendak
penciptanya.
Tugas
kekhalifahan tersebut memang sangat berat. Selain itu, dari tugas tersebut
menggambarkan bahwa akan kedudukan manusia selaku makhluk ciptaanNya yang
paling mulia. Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah
di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah.
Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan
dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai
khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya,
yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di
akhirat.
Banyak ayat yang menjelaskan tentang apa saja yang
harus dilakukan oleh khalifatullah, bagaimana manusia melaksanakan ibadah, dan
bagaimana manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Antara
lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah
adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang
telah ditentukan.
Jika
kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu
manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun
“jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan
penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah.
Pada
hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia
akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh
Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Pada dasarnya, semua makhluk
Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya. Paling tidak, ibadah
mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah
Al-Baqarah:
Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.
Bebatuan,
pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan
cara bertasbih. Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau
pada saat rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin
mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut
kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah
satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya.
Setiap
detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah,
seperti ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:
Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa li ya’budu.
“Tidak
Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”
Kalau
begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah.
2.4
Eksistensi dan Karakteristik Keistimewaan
Manusia
A.
Karakteristik
Manusia
diciptakan Allah dengan sifat-sifat dan karakter khusus yang berbeda dengan
makhluk lainnya. Karakter inilah yang menyebabkan manusia memiliki
konsekuensi-konsekuensi kemanusiaan diantaranya kesadaran, tanggung jawab dan
pembalasan. Diantara karakter-karakter manusia itu adalah:
·
Aspek
Kreasi
Apapun
yang ada pada tubuh manusia sudah dirakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan
sempurna. Hal ini bisa dibandingkan dengan makluk lain dalam aspek
penciptaannya. Mungkin banyak kesamaan, tetapi anggota-anggota tubuh pada
manusia bersifat lebih fungsional daripada organ-organ tubuh makhluk lainnya.
Allah berfirman dalam QS. al-Tin ayat: 4.
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ فِىٓ
أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ۬
"Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk" (QS. al-Tin:
4)
·
Aspek
Ilmu
Hanya
manusia yang mungkin punya kesempatan memahami lebih jauh hakikat alam semesta
di sekelilingnya. Pengetahuan hewan hanya terbatas pada naluri dasar yang tidak
bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Tetapi manusia menciptakan
kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang. Firman Allah:
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ
كُلَّهَا
"Dan
dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) keseluruhannya... (QS.
al-Baqarah: 31)
·
Aspek
Kehendak
Manusia
memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan-pilihan dalam hidup.
Mak hluk
lain hidup dalam satu pola yang telah baku dan tak pernah berubah. Para
malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong dan maksiat,
misalnya. Manusia memiliki kehendak untuk memilih berbagai alternatif yang akan
berujung kepada tanggungjawab:
إِنَّا هَدَيۡنَـٰهُ ٱلسَّبِيلَ
إِمَّا شَاكِرً۬ا وَإِمَّا كَفُورًا
"Sesungguhnya
Kami telah menunjukinya (manusia) jalan yang benar, ada yang bersyukur dan ada
pula yang kufur..." (QS. al-Insan: 3).
·
Pengarahan Akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelumnya baik-baik, tetapi karena pengarah lingkungan tertentu dapat menjadi seorang penjahat. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu lembaga-lembaga pendidikan diperlukan manusia untuk mengarahkan kehidupan generasi yang datang.
B. EKSISTENSI
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Sehingga karena kesempurnaannya itu lah Allah menjadikan manusia sebagai wakilnya di bumi ini.
a. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai maklhuk sosial merupakan suatu fitrah atau ketetapan dari Allah, manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari makhluk lain di sekitarnya. Allah lebih mengetahui kondisi ciptaannya sendiri, dengan demikian Dia menciptakan wanita sebagai pasangan dari laki-laki, dengan tujuan agar kehidupan mereka bisa lebih tentram dan dapat saling memenuhi kebutuhannya sehingga tercapai suatu kebahagiaan.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, karena memang manusia diciptakan Tuhan untuk saling berinteraksi, bermasyarakat, bersilaturahmi dengan sesama serta dapat saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan dasar (naluri) manusia itu sendiri yang dinamakan Gregariousness. Maka dengan demikian manusia merupakan makhluk sosial ( Homo Socius) yaitu makhluk yang selalu ingin berinteraksi dengan sesama/ bergaul. Adapun ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama sesamanya dinamakan ilmu sosiologi.
b. Manusia sebagai Wakil Tuhan di Muka Bumi.
Manusia merupakan khalifah di bumi ini, diciptakan oleh Allah dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan yang menyertainya. Kita diberi akal pikiran dan juga hawa nafsu sebagai pelengkapnya. Manusia telah diberikan berbagai fasilitas di muka bumi sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia. Semua yang kita perlukan telah terhampar di alam semesta, manusia hanya perlu mengelolanya saja.
Dalam kelangsungan hidup manusia terjadi berbagai perkembangan di dunia, semakin kompleksnya kebutuhan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan terciptanya berbagai mesin-mesin dan berbagai alat komunikasi yang membantu meringankan kehidupan dan pekerjaan manusia. Didorong dengan nafsu keserakahannya, manusia hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, negara hanya berpikir untuk memajukan perekonomian dan pembangunan besar-besaran diberbagai sektor, tanpa memikirkan dampak lingkungan yang diakibatkan dari apa yang dilakukan manusia. Ini tidak lepas dari tingkat kesadaran masyarakat dan juga desakan ekonomi yang juga menuntut masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tanpa menghiraukan dampak lingkungan yang diakibatkan.
Pengarahan Akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelumnya baik-baik, tetapi karena pengarah lingkungan tertentu dapat menjadi seorang penjahat. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu lembaga-lembaga pendidikan diperlukan manusia untuk mengarahkan kehidupan generasi yang datang.
B. EKSISTENSI
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Sehingga karena kesempurnaannya itu lah Allah menjadikan manusia sebagai wakilnya di bumi ini.
a. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai maklhuk sosial merupakan suatu fitrah atau ketetapan dari Allah, manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari makhluk lain di sekitarnya. Allah lebih mengetahui kondisi ciptaannya sendiri, dengan demikian Dia menciptakan wanita sebagai pasangan dari laki-laki, dengan tujuan agar kehidupan mereka bisa lebih tentram dan dapat saling memenuhi kebutuhannya sehingga tercapai suatu kebahagiaan.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, karena memang manusia diciptakan Tuhan untuk saling berinteraksi, bermasyarakat, bersilaturahmi dengan sesama serta dapat saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan dasar (naluri) manusia itu sendiri yang dinamakan Gregariousness. Maka dengan demikian manusia merupakan makhluk sosial ( Homo Socius) yaitu makhluk yang selalu ingin berinteraksi dengan sesama/ bergaul. Adapun ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama sesamanya dinamakan ilmu sosiologi.
b. Manusia sebagai Wakil Tuhan di Muka Bumi.
Manusia merupakan khalifah di bumi ini, diciptakan oleh Allah dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan yang menyertainya. Kita diberi akal pikiran dan juga hawa nafsu sebagai pelengkapnya. Manusia telah diberikan berbagai fasilitas di muka bumi sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia. Semua yang kita perlukan telah terhampar di alam semesta, manusia hanya perlu mengelolanya saja.
Dalam kelangsungan hidup manusia terjadi berbagai perkembangan di dunia, semakin kompleksnya kebutuhan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan terciptanya berbagai mesin-mesin dan berbagai alat komunikasi yang membantu meringankan kehidupan dan pekerjaan manusia. Didorong dengan nafsu keserakahannya, manusia hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, negara hanya berpikir untuk memajukan perekonomian dan pembangunan besar-besaran diberbagai sektor, tanpa memikirkan dampak lingkungan yang diakibatkan dari apa yang dilakukan manusia. Ini tidak lepas dari tingkat kesadaran masyarakat dan juga desakan ekonomi yang juga menuntut masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tanpa menghiraukan dampak lingkungan yang diakibatkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia
diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan jiwa yang arif,
bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT dalam agama
Islam. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat
ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada
manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Manusia
memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah kepatuhan
manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan
godaan syetan sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya,
sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai manusia
(makhluk ciptaan Allah) seharusnyalah kita senantiasa bersyukur atas karunia
dan kasih sayang-Nya, karna salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam
(manusia) dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan
mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol
( QS. Al Isra 70).
Sebenarnya
Al Quran sudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab
manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat
memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia, sehingga
dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar