Paper Town adalah buku kedua John Green yang di filmkan
setelah The Fault in Our Star. Dan tentu saja alasan pertama saya membaca buku
ini karena ingin membaca karya lain John Green yang menurut saya sangat keren
di TFIOS. Untuk benar benar menikmati karya John Green yang lain ini saya
memilih untuk membaca versi asli yang belum diterjemahkan alias versi Bahasa
Inggris. Meskipun saya harus repot membuka kamus dan harus membaca ulang
kalimat agar memahami maksudnya, tapi saya rasa ini terbayar saat tahu
bagaimana kerennya susunan kata khas John Green yang lucu, frontal tapi penuh
Metafora itu.
Secara garis besar Paper Town menceritakan tentang dua orang remaja yang sudah bertetangga sejak
kecil namun mempunyai sikap dan karakter yang sangat berbeda.
Margo Roth Spiegelman adalah orang yang menyukai misteri,
tantangan dan petualangan bahkan sejak ia masih kecil. Dia gadis pemberani dan pencari kebebasan. Tak peduli akan
mengkhawatirkan orang lain selama dia bahagia dia akan melakukan hal hal itu.
“Margo always loved mysteries. And in everything that came afterward, I could never stop thinking that maybe she loved mysteries so much that she became one.”
Lalu Quentin Jacobsen atau biasa dipanggil Q adalah orang
yang takut mengambil resiko. Hidup pada rutinitas sehari-hari yang datar, suka bermain game dan bisa dikatakan Q hidup dalam zona nyamannya.
Baginya hidup adalah tentang masuk
sekolah, mengerjakan PR, dapat nilai bagus, masuk universitas ternama,
pekerjaan menjanjikan, punya anak istri, dan hidup mapan. Dia tak mau pusing
menghadapi tantangan atau mengahadapi hal hal yang merusak tatanan rutinitasnya
itu.
“I think maybe the reason I have spent most of my life being afraid is that I have been trying to prepare myself, to train my body for the real fear when it comes. But I am not prepared “- Quentin
Saat mereka kecil mereka pernah menemukan mayat laki laki
dipinggir danau daerah Jefferson Park. Dengan antusiasnya Margo kecil mencoba
menyelidiki misteri kematian laki laki itu dan mengumpulkan informasi. Kemudian
dia mengajak Quentin untuk ikut menyelidiki juga, namun Q memilih mundur dan tidak mau hal
hal misterius mengganggu pikirannya. Hal itu yang membuat hubungan mereka renggang, meski satu sekolah saat SMA mereka
tak pernah bertegur sapa atau bermain bersama lagi. Margo menjadi gadis populer di sekolahnya dan punya
teman teman yang keren pula. Kalau bahasanya John Green “She is a Hot Girl”. Sementara Quentin dan kedua sahabatnya Ben dan
Radar berada di Zona anak biasa yang tidak terkenal atau “Geek
Boys”.
Namun suatu malam keadaan berubah. Saat tengah malam tiba
tiba Margo masuk ke kamar Q lewat jendela dan meminta kunci mobil Quentin. Dia
mengajak Q untuk membantunya melakukan misi balas dendam pada pacarnya Jase
yang selingkuh dengan sahabatnya Becca. Malam itu menjadi malam tak terlupakan
bagi Q, untuk pertama kalinya ia keluar dari zona nyamannya dan melakukan hal
hal gila untuk mengerjai orang di malam
hari bersama Margo. Untuk pertama kalinya ia merasakan jantungnya berdetak hebat namun dia merasa bebas. Dia
berharap dengan hal ini hubungannya dengan Margo bisa membaik untuk keesokan hari dan seterusnya.
Tak berhenti disitu, justru keesokan harinya kita akan dibuat terkejut
karena tiba tiba Margo menghilang. Dia meninggalkan beberapa klue untuk
dipecahkan agar bisa menemukan dirinya. Quentin yang merasa kehilangan dan baru
menyadari betapa dia sangat menyukai Margo kemudian berusaha keras untuk
memecahkan klue klue tersebut. Dari sinilah petualangan petualangan lain
Quentin dimulai. Jika di TFIOS John Green menggunakan sastra buku An Imperial Affliction untuk
menghubungkan Hazel dan Augustus. Maka di Paper Town ini John Green menggunakan
Puisi Song Of My Life dari Whitman untuk menjadi klue yang
ditinggalkan Margo. Puisi ini berisi
kata kata kiasan sastra dan penuh metafora tentang kehidupan.
Selain puisi, klue lain adalah Margo juga pernah berujar tentang keinginannya
untuk pergi ke Paper Town atau kota
kertas, yang secara singkat berarti metafora dari kota palsu (bukan kota dalam
arti sebenarnya) untuk menyebut tempat / bangunan kosong yang belum
selesai dibangun atau tempat kosong yang terabaikan. John Green menyebutnya dengan “Pseudivision”.
“She kind of hates Orlando; she called it a paper town. Like, you know, everything so fake and flimsy. I think she just wanted a vacation from that.”
Dengan segala klue yang ditemukan, Quentin dan teman-temannya
berusaha mencocokan klue itu kemudian mendatangi tempat tempat baru sesuai klue.
Meski beberapa kali sempat gagal dan salah menerjemahkan klue namun petualangan
mereka seru untuk diikuti.
Dari segi cerita Paper Town jelas berbeda dengan The Fault
In Our Star, novel ini lebih menekankan pada pencarian jati diri remaja dan
tentang pilihan pilihan hidup mereka. Dibalut dengan petualangan dan beberapa
pemecahan misteri. Seperti yang sudah sudah, saya dibuat tertawa dan kadang
berdecak dengan kata kata humor yang diselipi
metafora serta filosofi khas John Green. Misalnya :
“The rules of capitalization are so unfair to words in the middle of a sentence.”
Atau
“That's always seemed so ridiculous to me, that people want to be around someone because they're pretty. It's like picking your breakfast cereals based on color instead of taste.”
Dalam novel ini seakan John Green mengajak kita untuk keluar
dari zona nyaman “C’mon dont be so
serious” cobalah hal hal atau perjalanan baru. Terlalu serius itu
membosankan tapi terlalu bebas juga
mengkhwatirkan seperti yang diwakilkan oleh karakter Quentin dan Margo. Dan
untuk masalah pilihan itu dia menyerahkan pada masing masing pembaca untuk
memilih jalannya, karena setiap orang memiliki alasan serta sudut pandang masing masing dalam memilih hidupnya. Untuk saya
sendiri, saya lebih menyukai karakter
Quentin yang telah terkena campur tangan Margo. Berkat Margo lah Quentin berhasil keluar dari
zona nyamannya, merasakan hal hal baru
dan mengunjungi tempat tempat baru. Dia juga membuat Quentin lebih cerdas
dengan klue klue yang ditinggalkan. Disisi
lain saya juga salut dengan keberanian dan jiwa bebas Margo. She is Tough Girl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar