Source |
Sudah lama kayaknya sama gak
posting tentang buku, maklum udah mulai masuk kuliah dan otomatis waktu buat
baca juga udah berkurang. Sebenarnya kemaren kemaren saya sempet baca beberapa
buku tapi nggak sempat bikin reviewnya, tapi Sabtu Bersama Bapak ini buku yang
baru saja saya selesaikan yang rasanya sayang kalau tidak dibahas.
Jujur ini pertama kalinya saya
membaca buku dari Adhitya Mulya (emang dasarnya saya kudet buku sih, namanya
juga amatiran, maafkan), begitu denger judulnya “Sabtu Bersama Bapak” saya kira
ini buku tentang cerita keluarga yang
sedih pun ditambah sinopsis dibelakang
buku yang menceritakan sang Bapak telah meninggal. Namun ternyata saya salah,
buku ini tak melulu berisi tentang kenangan kenangan sedih dari seorang bapak
yang telah meninggal tersebut, lebih dari itu buku ini mengedepankan tentang
pesan pesan dari sang Bapak agar bisa menjadi value untuk pegangan hidup bagi
anak anaknya. Dibumbui dengan beberapa komedi dari gaya bercerita penulis dan
beberapa tokoh yang ada. Paket yang lengkap menurut saya.
For your information alur dalam
buku ini adalah maju mundur, jadi pastikan
kalian melihat tanggal atau keterangan waktu dulu agar lebih memahami
jalan ceritanya.
Cerita dimulai pada tahun 1991
berlatar Bandung di kediaman keluarga Gunawan Garnida dengan Itje Garnida yang
memiliki 2 orang anak, Satya Garnida dan Cakra Garnida. Sebelumnya hari hari
mereka diisi dengan kebahagian dan kasih sayang, namun semuanya tiba tiba
berubah saat sang Bapak Gunawan Garnida di diagnosis menderita kanker dengan
vonis sisa umur satu tahun lagi. Sang bapak berat menerima keadaan ini, ia
masih ingin mendampingi keluarga terutama anak – anaknya beranjak dewasa untuk
mendidik dan mengajari mereka banyak hal, namun takdir tetaplah takdir.
Kemudian ia mempunyai ide untuk membuat video yang berisi nasehat nasehat,
cerita pengalaman hidup serta petuah petuah yang nantinya disimpan di kaset
sebagai pengganti jasadnya untuk mendidik anak anak nya saat dia telah
meninggal. Kaset ini diputar setiap sabtu sore sehabis ashar untuk Satya dan
Cakra.
“Hai, Satya! Hai Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan. “Ini Bapak, Iya benar kok ini Bapak.” Bapak Cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra. Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak disamping kalian. Ingin tetap cerita kepada kalian, ingin tetap dapat mengajarkan kalian. Bapak sudah siapkan. I don’t let death take these, away from us. I don’t give a death chance.”
It may simple, but for me its
tottaly sad quote :(
Rekaman sang bapak kemudian diberi label dan urutan lengkap oleh
Ibu Itje dan akan diputar sesuai umur
mereka, kecil, remaja dan dewasa. Pak Gunawan Garnida memang seorang perencana
yang baik.
Waktu berlalu, Satya dan Cakra
mulai tumbuh dewasa. Mereka menjalani hidup mereka masing – masing.
Satya berumur 33 tahun dan sudah menikah dengan Rissa serta
memiliki 3 anak Ryan, Miku dan Dani. Satya bekerja di perusahaan oil dan gas,
sebelumnya ia bertugas di Nigeria kemudian baru baru ini dipindahkan di
Denmark. Tumbuh sebagai anak laki laki sulung yang harus bisa melindungi
keluarga membuatnya menjadi sosok yang perfeksionis dan tegas. Namun ketegasan
yang menjadi prinsipnya justru menjadi sebuah sikap kasar yang dia terapkan
dalam keluarga kecilnya. Dia sering marah dengan istri dan anak anaknya.
Masakan kurang enak, rumah berantakan, lamban belajar, tidak bisa berenang,
tidak bisa matematika adalah hal hal yang membuat Satya mengomel. Ia berfikir
dengan sikapnya yang seperti itu akan membuat keluarganya menjadi kuat. Namun
dia salah besar, sikapnya justru membuat hubungan mereka merenggang. Istri yang
dingin kepadanya dan anak anak yang takut bercerita dan meminta. Satya bingung
bagaimana harus bersikap dan memperbaiki dirinya. Disinilah petuah dan video
sang bapak memberikan pandangan pandangan lain dalam hidupnya.
“Meminta maaf ketika salah adalah wujud dari banyak hal. Wujud sadar bahwa seseorang cukup mawas diri bahwa dia salah. Wujud dari kemenangan dia melawan arogansi. Wujud dari penghargaan dia kepada orang yang dimintakan maaf. Tidak meminta maaf membuat seseorang terlihat bodoh dan arogan.”
Dalam buku ini kalian juga akan
menemukan tips tips parenting dan bagaimana menyenangkan keluarga. Sesuatu yang
mungkin sering kita abaikan namun ternyata adalah hal yang penting.
Beralih ke Cakra Garnida, sekarang
dia berusia 30 tahun. Dia bekerja di sebuah bank asing sebagai Deputy Director.
Pintar, baik, pendidikan tinggi, mapan dan mempunyai muka yang lumayan rada mungkin ganteng
seharusnya membuatnya memiliki hidup yang sempurna. Namun satu hal yang belum
dia miliki adalah istri, karena pacar saja dia belum punya alias jomblo bisa
juga disebut tuna asmara yaudah sama saya saja eeh . Begitulah kira kira cara
penulis bercerita tentang tokoh tersebut. Dan menurut saya cerita bagian Cakra
ini yang paling menarik dan lucu. Ia diceritakan sering di “bully” bawahan dan
teman temannya karena status jomblonya itu. Bukan karena tidak mau menikah,
tapi sang Bapak telah mengajarkannya tentang kemandirian.''
“Ka istri yang baik gak akan keberatan diajak mlarat.” “Iya sih, tapi mah, suami yang baik tidak akan tega ngajak istrinya untuk mlarat. Mamah tahu itu, Bapak juga gitu dulu.”
Kemudian Cakra bertemu dengan Ayu
anak baru divisi Customer Service yang mengalihkan dunianya, dia merasakan hal
berbeda pada diri Ayu lalu berusaha mengejarnya, namun usahanya tak semulus
yang dibayangkan, karena ada juga pria lain yang mengejar Ayu yaitu Salman.
Ditambah dengan wanita yang menyukainya Rizki dan anak teman Bu itje yang akan
dikenalkan padanya, Retna. Berjuang, gagal dan menyerah bagi cakra adalah seperti jalan untuk
menemukan yang terbaik, seperti yang pernah di katakan Bapaknya.
"Istri adalah perhiasan dunia akhirat. Find someone complimentary not supplementary."
Tak melulu tentang anak anak nya,
konflik ditambah dengan Ibu Itje yang ternyata menderita kanker payudara
stadium 2 tapi tidak memberi tahu Satya dan Cakra. Ia melakukan pengobatan
sendiri mulai dari operasi sampai kemoterapi. Ia hanya tak mau menyusahkan
anaknya dan membuat mereka khawatir. Heartbreaking :(
“Waktu dulu kita jadi anak, kita gak nyusahin orang tua. Nanti kita sudah tua gak nyusahin anak”
Buku ini juga akan mengajarkan kepada kita tentang
pentingnya bakti terhadap orang tua. Dan disadari atau tidak video Bapak telah
mengajari mereka banyak hal. Meskipun Bapak mereka telah tiada namun jiwanya
ikut mendidik dan mendampingi mereka sampai tumbuh dewasa.
As what I said before, this is a
complete package. Buku yang mungkin akan menambah pemikiran dan pertimbangan
kita dalam memandang suatu hal atau mungkin akan mengubah pandangan kita dalam menghadapi masalah yang ada. So happy
reading! It’s a good book :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar