Hi Long time no see!!
Belum lama ini saya menghadiri salah satu event menarik
di Jakarta. Europe on Screen. Saya datang dengan dua orang teman saya, Dian
dan Intan. Acara ini adalah rekomendasi dari Intan yang 2 tahun berturut – turut sudah datang ke acara ini
sebelumnya. Untuk kalian yang belum tau apa itu Europe on Screen, berikut
sedikit penjelasannya.
Untuk info lengkapnya, kalian bisa mengunjungi situs resminya Europe on Screen
Karena pertimbangan waktu dan tempat, saya dan teman teman
saya memutuskan pergi pada hari Minggu tanggal 1 Mei di Erasmus Huis. Kenapa di
Erasmus Huis ? karena tempat ini yang paling dekat dari rumah kami. Erasmus
Huis sendiri adalah gedung Pusat kebudayaan Belanda yang berada di kuningan.
Kalau kalian naik Trans Jakarta, kalian bisa turun di Halte Kuningan Barat lalu
jalan sedikit kearah utara. Disitu akan ada keterangan tempat, letaknya
bersebelahan dengan Kedutaan besar India. Sebelum masuk kita akan di cek keamanaan terlebih dahulu,
cek standar seperti badan dan tas.
Karena tempat kebudayaan Belanda maka tak heran jika kita
akan menemukan banyak bule Belanda disana, uniknya jika biasanya orang
Indonesia yang antusias melihat bule atau orang asing maka disini kita seperti
bertamu di rumah mereka dan merekalah yang antusias melihat kita. Beberapa bule disana tersenyum melihat kami, bahkan ada yang menyapa “siang” dengan
anggukan kepala.
Di Erasmus Huis terdapat dua tempat pemutaran film, Auditorium tempat besar
dengan kapasitas 320 kursi (biasanya untuk film film yang diunggulkan) dan
Exibition tempat yang lebih kecil dengan kapasitas 60 kursi. Sebelum masuk kita
harus melakukan registrasi terlebih dahulu dengan mengisi identitas diri lalu
panitia akan memberikan tiket. Untuk satu waktu pemutaran ada 2 buah film yang bisa
kita pilih di dua tempat tadi. Ada
beberapa kategori film seperti
Xtra, discovery, documenter, retro, family dan open air. Untuk lebih jelasnya
kita bisa meminta jadwal pemutaran sebelum acara dimulai
Pada section pertama jam 12.00 kami memilih Film “The
Little Prince dari Prancis di Exibition hall.
I was impressed with this film! Ini adalah film animasi
3d bergenre keluarga yang sangat mengesankan.
Bercerita tentang seorang anak kecil dan Ibunya (tidak
disebutkan nama) yang pindah ke rumah baru mereka. Sang Ibu sangat disiplin
mengenai waktu dan patuh pada aturan serta rencana. Semua kegiatan mereka sudah
terjadwal secara rinci pada jam masing-masing. Sang anak merasa lelah dan bosan
dengan segala rutinitas yang ada. Tanpa sengaja ia bisa masuk kerumah tetangga
disamping mereka, seorang kakek tua yang mempunyai pesawat tua di halaman belakang rumahnya. Kakek tua ini menceritakan dongeng pangeran kecil “The Little Prince”
dari asteroid di angkasa. Cerita ini mengubah dunia si anak, membuatnya
mempunyai imajinasi, impian, harapan dan
teman baru. Cerita ini juga mengantarkan si anak bertualang dengan pesawat tua
Sang Kakek untuk mecari pengeran kecil itu dan membuatnya merasa benar - benar menikmati hidup dan masa kecilnya. Film yang akan membuat kita bertanya tanya “Do
you truly life or just follow your routine?”
Dan untuk section kedua jam 14.30 kami memilih film “The
Program” dari Inggris di hall auditorium yang lebih besar. Ini adalah film
discovery yang diangkat dari kisah nyata seorang atlet balap sepeda bernama
Lance Amstrong dari Texas, America Serikat.
Film ini diawali dengan kisah Amstrong
yang harus meratapi hidup karena terserang kanker dan menghentikan
mimpinya di balap sepeda professional. Namun takdir berkata lain, dibantu
dengan kecanggihan sains dan program penyembuhan, Lance Amstrong berhasil lepas
dari kanker. Hal ini membuatnya kembali ke arena balap dan mengukir prestasi
dengan menjuarai Kejuaran Tour de France 7 kali berturut turut. Uang hasil
juaranya disumbangkan untuk membantu para penderita kanker. Dia pun di elu
elukan masyarakat dengan kisah inspiratif dan kebaikannya. Namun dibalik semua
kejayaan yang dicapai ternyata Amstrong melanggar kode etik balapan yang fatal,
dia menggunakan obat doping untuk membuatnya juara. Hal ini jelas jelas
dilarang. Beberapa jurnalis berusaha mengungkap kecurangan Amstrong ini dengan
mengumpulkan bukti bukti yang ada. Cerita ini di bubuhi beberapa drama
kehidupan yang akan membolak balikan perasaan kita. No body is too black which
means evil or too white which means angel. We are all Grey.
Selain menonton film di akhir pemutaran ada hadiah goody
bag beserta souvenir EOS 2016 untuk penonton yang beruntung. And how lucky we
are, saya dan kedua teman saya mendapat beberapa souvenir tersebut tanpa
diduga. Untuk yang tidak kebagian, ada alternative lain dengan mengunjungi
beberapa stand di luar hall yang menyediakan produk gratis mereka. Seperti
stand majalah misalnya, saya mendapat paket goody bag dan majalah JJK (bisa juga
memilih Hello Bali) dari mereka. Untuk di Erasmus Huis pada hari hari tertentu
juga disediakan coffee break (minuman dan kue) di hallnya. Last but least, for
your information all films are showed using English translation. So you can
learn while watching it.
Well it was such a precious experience. See you next year
Europe on Screen! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar